Etika
Komunikasi Menurut Prespektif Islam
Pendahuluan
Etika berkomunikasi bukan hanya di pelajari di
bangku kuliah saja ,namun sebenarnya etika berkomunikasi sudah di ajarkan oleh
sang pencipta Allah S.W.T dalam Al-Quran
yang membahas tentang bagaimana
pentingnya komunikasi bagi umat manusia, khususnya umat Islam.
Dalam perspektif
Islam, komunikasi disamping untuk mewujudkan hubungan dengan Allah Swt, juga
untuk menegakkan komunikasi secara terhadap sesama manusia. Komunikasi dengan
Allah Swt tercermin melalui ibadah-ibadah fardhu (salat, puasa, zakat dan haji)
yang bertujuan untuk membentuk takwa. Sedangkan komunikasi dengan sesama
manusia terwujud melalui penekanan hubungan sosial yang disebut muamalah, yang
tercermin dalam semua aspek kehidupan manusia, seperti sosial, budaya, politik,
ekonomi, seni dan sebagainya.
Etika Komunikasi
Etika
dalam KBBI ( Kamus Besar Bahasa Indonesia ) ilmu tentang apa yang baik dan apa
yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak),dan komunikasi sendiri
dalam KBBI artinya adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara
dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.
Dalam Al Quran sendiri sering di
tekankan tentang komunikasi,dan etika-etikanya setidaknya ada enam jenis, yakni
(1) Qaulan Sadida, (2) Qaulan Baligha, (3) Qulan Ma’rufa, (4) Qaulan Karima,
(5) Qaulan Layinan, dan (6) Qaulan Maysura.
(1) Qaulan Sadida
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا
خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
Dan hendaklah takut kepada Allah
orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Qaulan
Sadida - perkataan yang benar” (QS. 4:9)
(2)
Qaulan
Baligha
أُولَٰئِكَ
الَّذِينَ يَعْلَمُ اللَّهُ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَعِظْهُمْ
وَقُلْ لَهُمْ فِي أَنْفُسِهِمْ قَوْلًا بَلِيغًا
“Mereka itu adalah orang-orang
yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah
kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka
Qaulan Baligha - perkataan yang berbekas pada
jiwa mereka.“ (QS
An-Nissa :63).
Dalam hadits juga di jelaskan :
وعن ابى مسعود عقبة بن
عمر الانصاري البدري رضى الله عنه قال: قال رسول الله ص م: من دل على خير فله مثل
اجر فاعله (رواه مسلم)
Dari Abu mas’ud Uqbah bin Amr Al
Anshari Al Badri RA berkata, bahwa Rasulallah SAW bersabda: “Barang siapa
mengajak kepada kebaikan maka ia mendapat pahala seperti pahala orang yang
mengerjakan kebaikan itu.” (HR. Muslim)
(3) Qaulan Ma’rufa
وَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيمَا عَرَّضْتُم بِهِ مِنْ خِطْبَةِ
النِّسَاءِ أَوْ أَكْنَنتُمْ فِي أَنفُسِكُمْ ۚ عَلِمَ اللَّهُ أَنَّكُمْ
سَتَذْكُرُونَهُنَّ وَلَٰكِن لَّا تُوَاعِدُوهُنَّ سِرًّا إِلَّا أَن تَقُولُوا
قَوْلًا مَّعْرُوفًا ۚ وَلَا تَعْزِمُوا عُقْدَةَ النِّكَاحِ حَتَّىٰ يَبْلُغَ
الْكِتَابُ أَجَلَهُ ۚ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي أَنفُسِكُمْ
فَاحْذَرُوهُ ۚ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ غَفُورٌ حَلِيمٌ
“Dan tidak ada
dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau kamu
Menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui
bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu
Mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekadar
mengucapkan (kepada mereka) Qaulan Ma’rufa - perkataan yang
baik…” (QS. Al-Baqarah:235).
(4)
Qaulan Karima
وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ
إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ
o أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُل
لَّهُمَا أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيمًا
Dan Tuhanmu
telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada kedua orangtuamu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
seklai kali janganlah kamu mengatakan kepada kedanya perkatan ‘ah’ dan kamu
janganlah membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Qaulan Karima - ucapan yang mulia” (QS. Al-Isra: 23).
(5) Qaulan Layinan
فَقُولَا لَهُ قَوْلًا
لَّيِّنًا لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ
“Maka berbicaralah kamu berdua
kepadanya dengan Qulan Layina - kata-kata yang
lemah-lembut…” (QS.
Thaha: 44).
(6) Qaulan Maysura
وَإِمَّا تُعْرِضَنَّ عَنْهُمُ
ابْتِغَاءَ رَحْمَةٍ مِّن رَّبِّكَ تَرْجُوهَا فَقُل لَّهُمْ قَوْلًا مَّيْسُورًا
”Dan jika kamu berpaling dari
mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhannya yang kamu harapkan, maka
katakanlah kepada mereka Qaulan Maysura - ucapan
yang mudah. (QS.
Al-Isra: 28).
Seperti yang sudah
di jelaskan di atas bahwasannya Al-Quran
tidak hanya menceritakan kisah- kisah nabi saja,tetapi Al-Quran juga
membicarakan tentang adab berkomunikasi.Dalam konteks lain Diantara
adab-adab dalam berbicara dan berkomunikasi yang perlu kita perhatikan serta
hendaknya kita mengajarkannya kepada anak-anak kita adalah sebagai berikut;
1.
Merendahkan suara saat berbicara
Hikmah merendahkan suara
ketika berbicara :
*Menciptakan sifat lemah
lembut.
*
Menyebabkan
kasih sayang Allah swt. Bahwa salah satu bentuk kasih sayang terhadap orang
lain adalah berkata sopan dan merendahkan suara.
*
Menumbuhkan kecintaan dan kedekatan.
2.
Berbicara dengan kata-kata yang baik dan sopan
3.
Mendengarkan dan tidak memotong pembicaraan orang
lain
4.
Berbicara jika mengandung kebaikan
5.
Tidak berdusta dalam berbicara
6.
Memulai dengan salam sebelum berbicara.
Tauladan Nabi
Sungguh dalam diri Rasul ada suri teladan yang baik.
Inilah jenak-jenak kehiduapn beliau yang indah yang seyognya diteladani oleh
setiap orang.
Tatkala beliau ditarik selendangnya dengan kasar oleh
seorang yahudi dan menagih utangnya dengan tidak sopan, Rasul tidak membalas
dengan ucapan menghardik atau pekikan marah. Justru umar yang dengan tegasnya
meminta agar dirinya memenggal kepala orang yang tidak sopan itu. Rasul hanya
bertanya padanya, Berapa tanggungan saya ? Dan akhirnya beliau menyuruh
sahabatnya untuk mengambilkan uang di Baitul Mal kaum muslimin dan melunasinya.
Rasul juga tidak pernah membalas perlakuan orang-orang
musyrik Quraisy yang setiap hari menyakitinya dengan sumpah serapah atau
umpatan amarah.Atau perlakuan Rasul terhadap seorang yahudi yang buta yang
setiap hari mengumpat beliau setiap kali melewatinya saat akan melaksanakan
shalat. Justru Rasul menyuapinya dengan sangat perhatian dan kelembutan.
Sepeninggal Rasul, si yahudi ini heran, orang yang sekarang menyuapi dirinya
dirasakan tidak sama dengan orang yang sebelumnya. Abu Bakar yang menyuapinya
menggantikan Rasul menjawab, ”Yang anda maksud adalah Muhammad utusan Allah.”
Seakan disambar petir di siang bolong, ia terkesima; orang yang selama ini saya
jelek-jelekkan, menyuapi dirinya dengan tekun. Sungguh ajaran yang dibawanya
sangat mulia. Ketika itu ia mengucapkan Syahadat.”
Bagaimana Rasulullah saw berkomunikasi dengan
keluarganya ? Dengan anak-istrinya ? Kita temukan di banyak riwayat bahwa
beliau selalu berkata lembut, ramah, dan panggilan kasih sayang. Dengan
istri-istrinya beliau selalu menyenangkan dan membahagiakan mereka dalam
beragam bentuknya. Dengan anak-anak, beliau selalu mengecup kening dan mencium
pipi dengan kasih sayang. Merendahkan suara, jauh dari sikap kasar dan omongan
menyakitkan.
Kesimpulan
Komunikasi sudah ada sejak dulu kala
,guna bertukar informasi dari komunikan terhadap komunikator,dan manusia tidak
akan lepas darinya,karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup
sendiri,tetapi membutuhkan orang lain.Tidak lepas daripada itu agama juga
berperan besar dalam komunikasi ,yaitu tentang tata cara berkomunikasi dengan
baik dan benar.
Dalam agama islam komunikasi adalah
hal yang sudah diperhatikan sejak awal,karena dengan kesalahan komunikasi kita bisa menyakiti
orang,atau mungkin sampai bisa membunuh orang.Di dalam Al-Quran juga di tekan
tentang contoh-contoh berkomunikasi seprti apa yang telah dijelaskan di atas.
Penutup
Dengan memperbaiki komunikasi kita bisa
memperbaiki diri,dan dengan kesalahan dalam berkomunikasi pula kita bisa
merusak diri.
No comments:
Post a Comment