Hubungan Antara
Dosa Dan Bencana
Oleh: Muhammad Nurdin Sarim
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِي اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
أَمَّا بَعْدُ؛ أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ، وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
أَمَّا بَعْدُ؛ أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ، وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى.
Ma’assyirol muslimin, rahimakumullah .Pertama-tama
marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhannahu wa Ta'ala yang
telah menjadikan kita sebagai hamba-hambaNya yang beriman, yang telah menunjuki
kita shiratal mustaqim, jalan yang lurus, yaitu jalan yang telah ditempuh
orang-orang yang telah diberi ni’mat oleh Allah, dari kalangan para nabi,
shiddiqin, syuhada’ dan shalihin.
Saya
bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak untuk diibadahi kecuali Allah, dan
bahwa Muhammad adalah hamba dan RasulNya, semoga shalawat dan salam selalu
terlimpah kepada Nabi Muhammad, keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang
yang mengikuti petunjuk beliau dengan baik hingga hari kiamat.
Selanjutnya
dari atas mimbar ini, perkenankanlah saya menyampaikan wasiat kepada
saudara-saudara sekalian dan kepada diri saya sendiri, marilah kita tingkatkan
ketaqwaan kita kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala selama sisa umur yang Allah
karuniakan kepada kita, dengan berusaha semaksimal mungkin menjauhi
larangan-laranganNya dan melaksanakan perintah-perintahNya dalam seluruh
aktivitas dan sisi kehidupan. Sungguh kita semua kelak akan menghadap Allah
sendiri-sendiri untuk mempertang-gungjawabkan seluruh aktivitas yang kita
lakukan. Pada hari itu, hari yang tidak diragukan lagi kedatangannya, yaitu
hari kiamat, tidak akan bermanfaat harta benda yang dikumpul-kumpulkan dan anak
yang dibangga-banggakan kecuali bagi orang yang menghadap Allah dengan hati
yang salim, hati yang betul-betul bersih dari syirik sebagaimana firmanNya dalam
Surat Asy-Syu’aro ayat 88-89: (Yaitu) di hari harta dan anak
laki-laki tidak berguna, kecuali bagi orang-orang yang menghadap Allah dengan
hati yang bersih. (Asy-Syu’ara’: 88-89)
Ma’asyiral
Muslimin rahimakumullah, Dalam kesempatan khutbah Jum’at
kali ini saya akan membahas tentang hubungan antara dosa dan bencana yang
menimpa umat manusia sebagaimana yang diterangkan di dalam Al-Qur’an. Allah
Subhannahu wa Ta'ala berfirman dalam Surat Ar-Ruum ayat 41 yang berbunyi: Artinya:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”
Allah
juga berfirman dalam Surat An-Nahl ayat 112: Artinya: “Dan
Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya
aman lagi tenteram, rizkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap
tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah
merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang
selalu mereka perbuat”
Seorang
ulama’ yang bernama Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu memberi ulasan terhadap
kedua ayat tersebut dengan mengatakan: “Ayat-ayat yang mulia ini memberi
pengertian kepada kita bahwa Allah itu Maha Adil dan Maha Bijaksana , Ia
tidak akan menurunkan bala’ dan bencana atas suatu kaum kecuali karena
perbuatan maksiat dan pelanggaran mereka terhadap perintah-perintah Allah”
(Jalan Golongan Yang Selamat, 1998:149)
Kebanyakan
orang memandang berbagai macam musibah yang menimpa manusia hanya dengan logika
berpikir yang bersifat rasional, terlepas dari tuntutan Wahyu Ilahi. Misalnya
terjadinya becana alam berupa letusan gunung berapi, banjir, gempa bumi,
kekeringan, kelaparan dan lain-lain, dianggap sebagai fenomena kejadian alam
yang bisa dijelaskan secara rasional sebab-sebabnya. Demikian dengan krisis
yang berkepanjangan, yang menimbulkan berbagai macam dampak negatif dalam
kehidupan bermasyarakat, sehingga masyarakat tidak merasakan kehidupan aman,
tenteram dan sejahtera, hanya dilihat dari sudut pandang logika rasional
manusia. Sehingga, solusi-solusi yang diberikan tidak mengarah pada
penghilangan sebab-sebab utama yang bersifat transendental yaitu kemaksiatan
umat manusia kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala Sang Pencipta Jagat Raya, yang
ditanganNyalah seluruh kebaikan dan kepadaNya lah dikembalikan segala urusan.
Bila
umat manusia masih terus menerus menentang perintah-perintah Allah, melanggar
larangan-laranganNya, maka bencana demi bencana, serta krisis demi krisis akan
datang silih berganti sehingga mereka betul-betul bertaubat kepada Allah.
Ikhwani fid-din
rahimakumullah,Marilah kita lihat keadaan di
sekitar kita. Berbagai macam praktek kemaksiatan terjadi secara terbuka dan
merata di tengah-tengah masyarakat. Perjudian marak dimana-mana, prostitusi
demikian juga, narkoba merajalela, pergaulan bebas semakin menjadi-jadi,
minuman keras menjadi pemandangan sehari-hari, korupsi dan manipulasi telah
menjadi tradisi serta pembunuhan tanpa alasan yang benar telah menjadi berita
setiap hari.
Pertanyaannya
sekarang, mengapa segala kemungkaran ini bisa merajalela di tengah-tengah
masyarakat yang mayoritas muslim ini? Jawabannya adalah tidak ditegakkannya
kewajiban yang agung dari Allah Subhannahu wa Ta'ala yaitu amar ma’ruf nahi
mungkar, secara serius baik oleh individu maupun pemerintah sebagai institusi
yang paling bertanggung jawab dan paling mampu untuk memberantas segala macam
kemungkaran secara efektif dan efisien. Karena pemerintah memiliki kekuatan dan
otoritas untuk melakukan, meskipun kewajiban mengingkari kemungkaran itu
merupakan kewajiban setiap individu muslim sebagaimana sabda Rasulullah
Shalallaahu alaihi wasalam :
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا
فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ
يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ.
Artinya:
“Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, hendaklah merubahnya dengan
tangannya, bila tidak mampu ubahlah dengan lisannya, bila tidak mampu ubahlah
dengan hatinya, dan itulah selemah-lemahnya iman” (Hadits shahih riwayat
Muslim)
Namun
harus diketahui bahwa memberantas kemungkaran yang sudah merajalela tidak hanya
dilakukan oleh individu-individu, karena kurang efektif dan kadang-kadang
beresiko tinggi. Sehingga kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar itu bisa dilakukan
secara sempurna dan efektif oleh pemerintah. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Usman bin Affan Radhiallaahu anhu , khalifah umat Islam yang ketiga:
“Sesungguhnya Allah mencegah dengan sulthan (kekuasaan) apa yang tidak bisa dicegah dengan Al-Qur’an”
“Sesungguhnya Allah mencegah dengan sulthan (kekuasaan) apa yang tidak bisa dicegah dengan Al-Qur’an”
Disamping
itu amar ma’ruf nahi mungkar merupakan salah satu tugas utama sebuah
pemerintahan, sebagaimana dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah:
“Sesungguhnya kekuasaan mengatur masyarakat adalah kewajiban agama yang paling besar, karena agama tidak dapat tegak tanpa negara. Dan karena Allah mewajibkan menjalankan amar ma’ruf nahi mungkar, menolong orang-orang teraniaya. Begitu pula kewajiban-kewajiban lain seperti jihad, menegakkan keadilan dan penegakan sanksi-sanksi atau perbuatan pidana. Semua ini tidak akan terpenuhi tanpa adanya kekuatan dan pemerintahan” (As Siyasah Asy Syar’iyah, Ibnu Taimiyah: 171-173).
“Sesungguhnya kekuasaan mengatur masyarakat adalah kewajiban agama yang paling besar, karena agama tidak dapat tegak tanpa negara. Dan karena Allah mewajibkan menjalankan amar ma’ruf nahi mungkar, menolong orang-orang teraniaya. Begitu pula kewajiban-kewajiban lain seperti jihad, menegakkan keadilan dan penegakan sanksi-sanksi atau perbuatan pidana. Semua ini tidak akan terpenuhi tanpa adanya kekuatan dan pemerintahan” (As Siyasah Asy Syar’iyah, Ibnu Taimiyah: 171-173).
Apabila
kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar itu tidak dilaksanakan dengan sebaik-baiknya
maka sebagai akibatnya Allah akan menimpakan adzab secara merata baik kepada
orang-orang yang melakukan kemungkaran ataupun tidak. Hal ini ditegaskan oleh
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam, dalam sebuah haditst Hasan riwayat
Tarmidzi:
وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ
بِالْمَعْرُوْفِ وَلَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ أَوْ لَيُوْشَكَنَّ اللهُ أَنْ
يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُوْنَهُ فَلاَ يُسْتَجَابَ
لَكُمْ.
Artinya: “Demi Allah yang diriku berada di tanganNya!
Hendaklah kalian memerintahkan kepada yang ma’ruf dan melarang dari yang
mungkar atau Allah akan menurunkan siksa kepada kalian, lalu kalian berdo’a
namun tidak dikabulkan”.
Demikian
pula Allah menegaskan di dalam QS. Al-Maidah ayat: 78-79, Artinya: “Telah
dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putra
Maryam. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas. Mereka
satu sama lain tidak melarang perbuatan mungkar yang mereka perbuat.
Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka perbuat”
Yang
dimaksud laknat adalah dijauhkan dari rahmat Allah Subhannahu wa Ta'ala .
Dengan demikian supaya bangsa ini bisa keluar dan terhindar dari berbagai
krisis dalam kehidupan di segala bidang dan selamat dari beragam musibah dan
bencana, hendaklah seluruh kaum muslimin dan para pemimpin atau penguasa
mereka, bertaubat kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala dengan memerintahkan kepada
yang ma’ruf dan melarang perbuatan-perbuatan mungkar sesuai dengan kemampuan
dan kapasitas masing-masing, mentaati Allah Ta’ala dan menjauhi seluruh
larangan-larangan dalam seluruh aspek kehidupan.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ
الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ
الْحَكِيْمِ، وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.
Khutbah
Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَمِنْ سَيْئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.
Dalam
khutbah kedua ini saya akan memberikan kesim-pulan dari khutbah pertama. Yang
pertama, kemaksiatan manusia kepada Allah Rabbul ‘Alamin merupakan penyebab
utama terjadinya berbagai musibah yang menimpa umat manusia baik itu berupa
bencana alam maupun krisis di berbagai bidang kehidupan. Yang kedua,
satu-satunya jalan untuk terhindar dari segala musibah tersebut dan dapat
menikmati kehidupan yang aman, tenteram, damai dan sejahtera adalah dengan
mengikuti petunjuk-petunjuk Allah dan RasulNya Muhammad Shalallaahu alaihi
wasalam dalam seluruh aspek kehidupan yang ada dengan penuh ketundukkan,
kecintaan dan keikhlasan. Yang ketiga, bahwa segala do’a dan istighatsah yang
dilakukan umat Islam supaya bisa keluar dari segala macam musibah tidak akan
dikabulkan oleh Allah kecuali bila kaum muslimin secara sungguh-sungguh
memerintahkan kepada yang ma’ruf dan memberantas segala yang mungkar.
Akhirnya
marilah kita tutup khutbah Jum’at ini dengan berdo’a kepada Allah Subhannahu wa
Ta'ala :
رَّبَّنَآ إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي
لِلإِيمَانِ أَنْ ءَامِنُوا بِرَبِّكُمْ فَئَامَنَّا، رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا
ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْعَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ.
رَبَّنَا وَءَاتِنَا مَاوَعَدتَنَا عَلَىرُسُلِكَ وَلاَتُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لاَتُخْلِفُ الْمِيعَادَ.
رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا إِنَّهَا سَاءَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا.
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى رَسُوْلِهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.
رَبَّنَا وَءَاتِنَا مَاوَعَدتَنَا عَلَىرُسُلِكَ وَلاَتُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لاَتُخْلِفُ الْمِيعَادَ.
رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا إِنَّهَا سَاءَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا.
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى رَسُوْلِهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.
No comments:
Post a Comment