Wednesday, January 2, 2019

RESUME BUKU ISLAMISAI SAINS BAB 1


 RESUME BUKU ISLAMISAI SAINS BAB 1

Dalam konsep ilmu menurut islam menerangkan bahwa mengislamisi ilmu pengetahuan memiliki beberapa syarat, salah satunya adalah menerima sifat bahwa ilmu itu tidak netral atau tidak bebas nilai (value free), karena dewasanya ilmu terikat dengan nilai nilai tertentu yang berupa paradigma, ideologi atau pemahaman seseorang. Perlu digaris bawahi bahwa sebuah ilmu harus memenuhi beberapa syarat yaitu :

1.      Objek Ontologis ( Segenap wujud yang dapat di jangkau lewat panca indera atau alat yang emmbantu kemampuan panca indra )

2.      Landasan Epistimologis ( Metode ilmiah yang berupa gabungan logika deduktif dan logika induktif dengan disertakan pengajuan hipotesis )

3.      Landasan Aksiologis ( Maksudnya disini adalah segenap wujud pengetahuan yang secara moral ditujukan untuk kebakan hidup manusia.

Di dalam buku ini jujun menyatakan bahwa pengetahuan itu untuk Knowledge dan ilmu untuk science . Dengan demikian social science  diterjemahkan  dengan ilmu ilmu sosial dan natural science dengan ilmu ilmu alam. Adapun pendapat Ibnu Taimiyah tentang ilmu, dia mendefinisikan ilmu sebagai sebuah pengetahuan yang berdasarkan pada dalil (bukti). Dalil yang dimaksudkan bisa berupa penukilan wahyu dengan metode yang benar, atau bisa juga dengan penelitian ilmiah . Begitu juga yang disampaikan oleh Nabi Muhammad S.A.W dengan “Ilmu yang bermanfaat” yang artinya sebagai berikut :

“ Sesungguhnya ilmu itu yang bersandar pada dalil, dan yang bermanfaat darinya adalah apa yang dibawa oleh Rasul. Maka sesuatu yang bisa kita katakan ilmu itu adalah penukilan yang benar dan akurat”

Di dalam Islam, wahyu merupakan sumber ilmu. Sedangkan dalam pandangan Barat, wahyu tidak termasuk ilmu karena tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Ilmu dalam epistimologi Islam dibedakan dengan opini. Sementara sains dipandang sebagai any organized knowledge, ilmu didefinisikan sebagai “pengetahuan tentang sesuatu sebagaimana adanya”. Dengan demikian ilmu bukan sembarang pengetahuan atau sekedar opini, melainkan pengetahuan yang telah teruji kebenarannya. Pengertian ilmu sebenarnya tidak jauh berbeda dengan sains, hanya sementara sains dibatasi pada bidang bidang fisik atau indrawi, ilmu melampauinya pada bidang nonfisik, seperti metafisika.

            Tentusaja ada persamaan antara keduanya, yaitu sama sama menyatakan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang sistematis. Baik ilmu yang fisik amupun metafisik, semuanya harus sistematis dan terorganisir. Namun di dunia barat kemudian mulai mensyaratkan bahwa ilmu yang sistematis itu harus muncul dari observasi atau pengamatan yang biasanya bersifat indrawi, baik dengan bantuan alat maupun indra secara telanjang. Jadi kesimpulannya, ilmu dalam pandangan islam mempunyai ruang lingkup yang lebih luas daripada sains dalam istilah peradaban barat. Sains membtasi dirinya pada hal-hal yang bersifat fisik, tetapi ilmu dalam islam tidak hanya meliputi fisik, tetapi juga metafisika.

            Tidak semua ilmu bersifat positif atau mendukung semua agama, bahkan ada ilmu ilmu yang bertentangan dengan prinsip prinsip agama. Pada akhirnya epistimologi barat akhirnya cenderung menolak status ontologi objek-objek metafisika, dan lebih memusatkan objek perhatiannya kepada objek objek fisik atau disebut “Positifistik”. Sementara itu , epistimolgi Islam masih mempertahankan status ontologis tidak hanya pada objek fisik, tapi juga metafisik. Atau bisa kita ringkas bahwa Islam memprioritaskan unsur spiritualitas, sedangkan Barat dengan sains modernnya memprioritaskan pada unsur materi fisik.

            Mengikuti l-Ghazali, AL-Atas mengkategorikan ilmu menjadi dua bagian yaitu ilmu-ilmu yang bersifat fardhu A’in dan yang bersifat fardhu kifayah. Beliau menguraikan bahwa fardu a’in disini berhubungan dengan ruh, nafs, qalb, dan aql.Sedangkan fardhu kifayah berhubungan dengan pengetahuan mengenai ilmu fisikal dan teknikal. Dalam metode ilmiah sains modern biasanya hanya dipakai satu metode saja, yaitu metode observasi atau eksperimen. Sedangkan itu, ilmuwan Islam tidak hanya menggunakan metode observasi(tajribi) , mereka juga menggunakan metode logis (burhani) untuk objek objek non fisik, dan metode intuitif (irfani) untuk objek non fisik dengan cara yang lebih langsung. Dengan demikian, perbedaan konsep ilmu didalam dengan sains modern semakin terlihat jelas.

             Segala sesuatu yang berada di luar akal pikiran bukanlah ilmu pengetahuan, melainkan fakta dan informasi yang semuanya adalah objek ilmu pengetahuan. Ustadz Fami Zarkasyi menulis, karena sains Barat tidak memberikan tempat kepada wahyu, agama dan bahkan pada tuhan, maka sains barat dianggap netral. Netral disini artinya bebas dari agama. Realitas tuhan tidak menjadi pertimbangan dalam sains Barat, karena tuhan dianggap tidak riil. Namun sains tidak bebas dari ideologi, kultur, cara pandang dan kebudayaan manusia Barat. Dan ternyata dalam sains sendiri terdapat asumsi-asumsi, doktrin doktrin yang tidak beda dengan agama. Akhirnya doktrin doktrin sains yang dipercayai sebagai pasti, dipertentangkan dengan doktrin-doktrin agama yang dianggap tidak rasional dan tidak empiris. Yang terpojok dan yang dipojokkan adalah agama. Agama bahkan dipertanyakan dan dituntut untuk direformasi agar mengikuti asumsi-asumsi sains. Agama jadi termarjinalkan dan kini ditinggalkan.

            Ilmu yang dihasilkan oleh manusia adalah suatu produk dari suatu agama dan kebudayaan. Disinilah nantinya akan ditemukan bahwa ilmu itu tidak bebas nilai, tetapi sarat niali. Ilmu yang di dalam peradaban Barat sekular diklaim sebagai bebas nilai. Tapi hanya bebas dari nilai nilai keagamaan dan ketuhanan. Paham keilmuwan yang sekularistik inilah sebenarnya yang sedang melanda pemikiran muslim saat ini. Paham ini sudah tentu dapat menghambat dan menyelewengkan pembangunan peradaban Islam. Dalam pandangan Islam, ilmu itu tidak bebas nilai. Sedangkan sains barat atau sains modern yang saat ini berkembang di dunia Baratmaupun dunia Islam menyatakan bahwa sains itu netral atau bebas niali. Pada kenyataannya, ilmu itu tidak bebas nilai, karena ilmu dari waktu kewaktu mengalami Naturalisasi, yaitu diadaptasi berdasarkan budaya, agama, paradigma dan cara pandang tertentu.

No comments:

Post a Comment

RESUME BUKU HUKUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL ( HUALA ADOLF )

BAB I Hukum perdagangan internasional adalah bidang hukum yang berkembang cepat. Ruang lingkup bidang hukum ini pun cukup luas. Hubun...