RESUME
BUKU ISLAMISAI SAINS BAB 1
Dalam konsep ilmu menurut islam menerangkan
bahwa mengislamisi ilmu pengetahuan memiliki beberapa syarat, salah satunya
adalah menerima sifat bahwa ilmu itu tidak netral atau tidak bebas nilai (value
free), karena dewasanya ilmu terikat dengan nilai nilai tertentu yang
berupa paradigma, ideologi atau pemahaman seseorang. Perlu digaris bawahi bahwa
sebuah ilmu harus memenuhi beberapa syarat yaitu :
1. Objek Ontologis
( Segenap wujud yang dapat di jangkau lewat panca indera atau alat yang
emmbantu kemampuan panca indra )
2. Landasan
Epistimologis ( Metode ilmiah yang berupa gabungan logika deduktif dan logika
induktif dengan disertakan pengajuan hipotesis )
3. Landasan
Aksiologis ( Maksudnya disini adalah segenap wujud pengetahuan yang secara
moral ditujukan untuk kebakan hidup manusia.
Di dalam buku ini jujun menyatakan bahwa
pengetahuan itu untuk Knowledge dan ilmu untuk science . Dengan
demikian social science diterjemahkan dengan ilmu ilmu sosial dan natural science
dengan ilmu ilmu alam. Adapun pendapat Ibnu Taimiyah tentang ilmu, dia
mendefinisikan ilmu sebagai sebuah pengetahuan yang berdasarkan pada dalil
(bukti). Dalil yang dimaksudkan bisa berupa penukilan wahyu dengan metode yang
benar, atau bisa juga dengan penelitian ilmiah . Begitu juga yang disampaikan
oleh Nabi Muhammad S.A.W dengan “Ilmu yang bermanfaat” yang artinya sebagai
berikut :
“ Sesungguhnya ilmu itu yang bersandar pada
dalil, dan yang bermanfaat darinya adalah apa yang dibawa oleh Rasul. Maka
sesuatu yang bisa kita katakan ilmu itu adalah penukilan yang benar dan akurat”
Di dalam Islam, wahyu merupakan sumber ilmu.
Sedangkan dalam pandangan Barat, wahyu tidak termasuk ilmu karena tidak dapat
dibuktikan kebenarannya. Ilmu dalam epistimologi Islam dibedakan dengan opini.
Sementara sains dipandang sebagai any organized knowledge, ilmu
didefinisikan sebagai “pengetahuan tentang sesuatu sebagaimana adanya”. Dengan
demikian ilmu bukan sembarang pengetahuan atau sekedar opini, melainkan
pengetahuan yang telah teruji kebenarannya. Pengertian ilmu sebenarnya tidak
jauh berbeda dengan sains, hanya sementara sains dibatasi pada bidang bidang
fisik atau indrawi, ilmu melampauinya pada bidang nonfisik, seperti metafisika.
Tentusaja
ada persamaan antara keduanya, yaitu sama sama menyatakan bahwa ilmu adalah
pengetahuan yang sistematis. Baik ilmu yang fisik amupun metafisik, semuanya
harus sistematis dan terorganisir. Namun di dunia barat kemudian mulai
mensyaratkan bahwa ilmu yang sistematis itu harus muncul dari observasi atau
pengamatan yang biasanya bersifat indrawi, baik dengan bantuan alat maupun
indra secara telanjang. Jadi kesimpulannya, ilmu dalam pandangan islam
mempunyai ruang lingkup yang lebih luas daripada sains dalam istilah peradaban
barat. Sains membtasi dirinya pada hal-hal yang bersifat fisik, tetapi ilmu
dalam islam tidak hanya meliputi fisik, tetapi juga metafisika.
Tidak
semua ilmu bersifat positif atau mendukung semua agama, bahkan ada ilmu ilmu
yang bertentangan dengan prinsip prinsip agama. Pada akhirnya epistimologi
barat akhirnya cenderung menolak status ontologi objek-objek metafisika, dan
lebih memusatkan objek perhatiannya kepada objek objek fisik atau disebut
“Positifistik”. Sementara itu , epistimolgi Islam masih mempertahankan status
ontologis tidak hanya pada objek fisik, tapi juga metafisik. Atau bisa kita
ringkas bahwa Islam memprioritaskan unsur spiritualitas, sedangkan Barat dengan
sains modernnya memprioritaskan pada unsur materi fisik.
Mengikuti
l-Ghazali, AL-Atas mengkategorikan ilmu menjadi dua bagian yaitu ilmu-ilmu yang
bersifat fardhu A’in dan yang bersifat fardhu kifayah. Beliau menguraikan bahwa
fardu a’in disini berhubungan dengan ruh, nafs, qalb, dan aql.Sedangkan fardhu
kifayah berhubungan dengan pengetahuan mengenai ilmu fisikal dan teknikal.
Dalam metode ilmiah sains modern biasanya hanya dipakai satu metode saja, yaitu
metode observasi atau eksperimen. Sedangkan itu, ilmuwan Islam tidak hanya
menggunakan metode observasi(tajribi) , mereka juga menggunakan metode logis
(burhani) untuk objek objek non fisik, dan metode intuitif (irfani) untuk objek
non fisik dengan cara yang lebih langsung. Dengan demikian, perbedaan konsep
ilmu didalam dengan sains modern semakin terlihat jelas.
Segala sesuatu yang berada di luar akal
pikiran bukanlah ilmu pengetahuan, melainkan fakta dan informasi yang semuanya
adalah objek ilmu pengetahuan. Ustadz Fami Zarkasyi menulis, karena sains Barat
tidak memberikan tempat kepada wahyu, agama dan bahkan pada tuhan, maka sains
barat dianggap netral. Netral disini artinya bebas dari agama. Realitas tuhan
tidak menjadi pertimbangan dalam sains Barat, karena tuhan dianggap tidak riil.
Namun sains tidak bebas dari ideologi, kultur, cara pandang dan kebudayaan
manusia Barat. Dan ternyata dalam sains sendiri terdapat asumsi-asumsi, doktrin
doktrin yang tidak beda dengan agama. Akhirnya doktrin doktrin sains yang
dipercayai sebagai pasti, dipertentangkan dengan doktrin-doktrin agama yang
dianggap tidak rasional dan tidak empiris. Yang terpojok dan yang dipojokkan
adalah agama. Agama bahkan dipertanyakan dan dituntut untuk direformasi agar
mengikuti asumsi-asumsi sains. Agama jadi termarjinalkan dan kini ditinggalkan.
Ilmu
yang dihasilkan oleh manusia adalah suatu produk dari suatu agama dan
kebudayaan. Disinilah nantinya akan ditemukan bahwa ilmu itu tidak bebas nilai,
tetapi sarat niali. Ilmu yang di dalam peradaban Barat sekular diklaim sebagai
bebas nilai. Tapi hanya bebas dari nilai nilai keagamaan dan ketuhanan. Paham
keilmuwan yang sekularistik inilah sebenarnya yang sedang melanda pemikiran
muslim saat ini. Paham ini sudah tentu dapat menghambat dan menyelewengkan pembangunan
peradaban Islam. Dalam pandangan Islam, ilmu itu tidak bebas nilai. Sedangkan
sains barat atau sains modern yang saat ini berkembang di dunia Baratmaupun
dunia Islam menyatakan bahwa sains itu netral atau bebas niali. Pada
kenyataannya, ilmu itu tidak bebas nilai, karena ilmu dari waktu kewaktu
mengalami Naturalisasi, yaitu diadaptasi berdasarkan budaya, agama, paradigma
dan cara pandang tertentu.
No comments:
Post a Comment