·
PENDAHULUAN
Soekarno
atau lebih akrab di panggil Bung Karno merupakan presiden pertama Republik
Indonesia yang dikenal sebagai sosok “penyambung lidah rakyat “.Bung Karno yang
dilahirkan pada tanggal 6 juni 1901 di surabaya ini ,juga merupakan sosok pejuang
yang tangguh dan tak kenal menyerah.Selain telah berhasil mengantarkan Rakyat
Indonesia menuju pintu gerbang kemerdekaan ,kiprah Bung Karno begitu cemerlang
di dunia internasional.Ia di akui
sebagai salah satu tokoh yang kokoh memperjuangkan hak-hak masyarakat dunia khususnya
di Asia-Afrika.
Tidak
lama setelah pengunduran dirinya dari kursi presiden ,kesehatan Bung Karno di
kabarkan semakin menurun.Pada tanggal 21 juni 1970 ,akhirnya Bung Karno
meninggal di rumah sakit Gatot Subroto Jakarta dan jasadnya di makamkan di
Blitar ,Jawa timur.Sesuai dengan permintaan Bung Karno di masa hidupnya,pada
salah satu nisan di makamnya di tuliskan kata kata ‘Disini beristirahat Bung Karno,Penyambung Lidah Rakyat. (A.Faidi,
2014)
Bung
Karno adalah keturunan bangsawan.Ayahnya ,Raden Soekemi Sosrodiharjo Yang
merupakan seorang guru di masa pemerintahan kolonial belanda.Sedangkan
ibunya,Ida Ayu Nyoman Rai ,Adalah keturunan bangsawan Bali.Saat masih
kecil,Bung Karno hanya tinggal bersama keluarganya dalam waktu yang cukup
singkat.Ia mulai terpisah dengan keluarganya ketika menjalani jenjang
pendidikan SD.Sejak saat itu,Bung Karno dittipkan oleh orangtuanya di rumah HOS
Cokro Aminoto dan tinggal bersamanya ,hingga menamatkan pendidikannya.
Setelah
itu,Bung Karno melanjutkan pendidikannya di HBS [ Hoogere Burger School ].Lalu
Bung Karno pindah ke Bandung dan melanjutkan pendidikannya di THS [Tachnische
Hooge School]..Dari sinilah ia mendapatkan gelar insinyur,tepatnya pada tanggal
25 MEI 1926.
Kiprah Politik Soekarno
Bung Karno mulai aktif dan akrab dengan dunia
politik semenjak dia menempuh pendidikannya di Surabaya.Bung Karno merupakan
murid kesayangan Tjokroaminoto,karena itu Bung Karno sering menghadiri rapat
.Dan sejak saat itu pula dia mulai kagum dengan Tjokro,terutama cara
berpidatonya yang tegas.Kiprah Bung Karno yang paling penting sebenarnya di
mulai semenjak ia mendirikan Partai Nasional Indonesia [PNI] pada tanggal 4
juli 1927.Pembentukan PNI dimaksudkan sebagai langkah awal untuk memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia.Hal itu membuat pemerintahan Belanda terasa terancam,dan
akhirnya menjebloskannya ke penjara Sukamiskin di Sukabumi pada tanggal 29
Desember 1929.
Namun
satu tahun kemudian pada bulan juli PNI
di bubarkan oleh Belanda,karena sebagai usaha untuk meredam semangat Bung
Karno.Namun tidak lama setelah dia di bebaskan dari penjara,dia langsung
bergabung dengan Partai Indonesia [PARTINDO],bahkan ia diangkat sebagai
pemimpin partai tersebut.Belandapun tak tinggal diam,mereka mengerahkan anggotanya
untuk menangkap Bung Karno,tepatnya pada tahun 1933.Saat itu Belanda masih
merasa khawatir akan pengaruh Bung Karno pada para pendukungnya.Oleh karena
itu,letak penjara mengambil tempat yang sulit di kunjungi oleh para
pengikutnya.Mereka memutuskan untuk mengasingkan Bung Karno ke daerah
Ende,Flores selama 5 tahun 1933-1938. (D.Legge, 2001)
Setelah
lima tahun di penjarakan di Flores ,Soekarno akhirnya di pindahkan ke bengkulu .Pada
tanggal 12 Februari 1942,Jepang melakukan
penyerbuan terhadap Sumatra dan Bung Karno di bebaskan.Tidak lama setelah itu
akhirnya Jepang menguasai kepulauan nusantara.Selama kependudukan Jepang,Bung
Karno bersama dengan Mohammad Hatta dan Ki Hajar Dewantara memimpin Pusat
Tenaga Kerja [PUTERA] dengan memobilisasi kekuatan rakyat .Pada tahun
1943,Jepang mendirikan PETA [Pasukan Pembela Tanah Air] dan Bung Karno berperan
sebagai figur yang memobilisasi pemuda –pemuda Indonesia untuk masuk dalam
pasukan tersebut..Pada saat jepang menyerah terhadap sekutu,Bung Karno dan Bung
Hatta segera mengambil alih kekuasaan.Dan akhirnya pada tanggal 17 agustus
1945,Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. (A.Faidi,
2014)
·
PEMIKIRAN POLITIK SOEKARNO
Pada
tahun 1926,Bung Karno merumuskan beberapa ideologi besar yang menjadi prinsip
utamanya dalam membagun Negara Indonesia,yaitu Nasionalisme,Islamisme,dan
Komunisme. Dalam tulisannya yang di muat di CPI [Comite Persatuan Indonesia]
dengan judul ‘Nasionalisme,Islamisme,dan Marxisme ‘BungKarno menjelaskan
panjang lebar mengenai ketiga ideologi tersebut (A.Faidi,
2014) .Melalui
tulisan tersebut,Bung Karno bermaksud mengajak masyarakat Indonesia untuk
mempelajari dan memahami ketiga paham itu sebagai satu kesatuan.Pada Intinya
Bung Karno ingin mengajak masyarakat untuk bersatu dalam melawan Imperialisme
dan pemerintahan Belanda.
Ketika
itu masyarakat Indonesia sedang dilanda perpecahan yang sebagian besar
diakibatkan oleh perbedaan ideologi. Golongan nasionalis senantiasa
memperjuangkan paham nasionalismenya,kelompok Islam dengan Islamismenya,dan
kelompok komunis dengan Marxismenya.Kondisi ini yang memicu Bung Karno untuk
menyatukan ideologi tersebut kedalam satu wadah yang kemudian di sebut Nasakom.
Nasakom adalah singkatan dari Nasionalis,Agama,dan Komunis. Dengan
penyatuan ketiga elemen tersebut Bung Karno bermaksud mengajak segenap
masyarakat Indonesia untuk bersama-sama dalam menghadapi kolonialisme di
tanah Indonesia.Bagi Bung Karno,kolonialisme merupakan musuh bersama yang harus
di perangi secara bersama-sama pula. (Effendi, 2014)
·
PEMERINTAHAN PADA MASA SOEKARNO
Masa Pergerakan Nasional
Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemeene
Studi Club di Bandung. Organisasi ini menjadi menjadi cikal bakal Partai
Nasional Indonesia yang didirikannya pada tahun 1927. Aktivitas Soekarno di PNI
menyebabkannya ditangkap Belanda pada bulan Desember 1929, dan memunculkan
pledoinya yang fenomenal: “Indonesia Menggugat”. Ia dibebaskan kembali pada
tanggal 31 Desember 1931. Pada bulan juli 1932, Soekarno bergabung dengan
Partai Indonesia (Partindo), yang merupakan pecahan dari PNI. Soekarno
ditangkap kembali pada bulan Agustus 1933, dan diasingkan ke Ende, Flores.
Disini, Soekarno hampir dilupakan oleh tokoh-tokoh nasional. Namun, semangatnya
tetap membara seperti tersirat dalam setiap suratnya kepada seorang guru
Persatuan Islam bernama Ahmad Hasan. Pada tahun 1938 hingga tahun 1942 Soekarno
diasingkan ke propinsi Bengkulu. Soekarno baru kembali bebas pada masa
penjajahan Jepang di tahun 1942.
Masa Penjajahan Jepang
Pada awal masa penjajahan Jepang (1942-1945),
pemerintah Jepang sempat tidak memperhatikan tokoh-tokoh pergerakan Indonesia
karena tujuan utamanya adalah “mengamankan” keberadaannya di Indonesia. Ini
terlihat pada Gerakan 3A dengan tokohnya Shimzu dan Mr. Syamsuddin yang kurang
begitu populer.
Namun, akhirnya pemerintah pendudukan jepang
memperhatikan dan sekaligus memanfaatkan tokoh-tokoh pergerakan Indonesia seperti
Soekarno, Mohammad Hatta dan lain-lain dalam setiap organisasi dan lembaga yang
dibentuk Jepang untuk menarik hati penduduk Indonesia agar mau membantu Jepang
memerangi tentara sekutu. Maka, disebutkan bahwa dalam berbagai organisasi
bentukan jepang seperti Jawa Hokokai, Pusat Tenaga Rakyat (Putera), BPUPKI, dan
PPKI, tokoh-tokoh seperti Soekarno, Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, KH Mas
Mansyur dan lain-lain, terlihat begitu aktif bekerjasama dengan Jepang.
Kedekatan para pejuang kemerdekaan dengan Jepang itu telah menyebabkan mereka
dituduh sebagai “antek-antek” Jepang. Tuduhan itu terutama datang dari pihak
Belanda, yang menginginkan tetap bercokol di Indonesia dengan membonceng negara
sekutu.
Para tokoh perjuangan nasional pada waktu itu
memang tidak bekerja sendiri. Mereka mengaku telah bekerja sama dengan
pemerintah pendudukan Jepang untuk mencapai kemerdekaan Indonesia, meski
adapula yang melakukan gerakan bawah tanah seperti Sultan Syahir dan Amir
Syarifuddin karena menganggap Jepang adalah fasis yang berbahaya. Soekarno
sendiri, saat pidato pembukaan menjelang pembacaan teks proklamasi kemerdekaan,
mengatakan bahwa meskipun sebenarnya kita bekerjasama dengan Jepang namun kita
percaya dan yakin serta mangandalkan kekuatan sendiri. Ia aktif dalam usaha
persiapan kemerdekaan Indonesia, diantaranya adalah dengan merumuskan
Pancasila, UUD 1945, dan dasar-dasar pemerintahan Indonesia termasuk merumuskan
naskah proklamasi kemerdekaan.
Pada tahun 1943, Perdana Menteri Jepang Hideki
Tojo mengundang tokoh Indonesia, yaitu Soekarno, Mohammad Hatta dan Ki Bagoes
Hadikoesoemo ke Jepang dan diterima langsung oleh Kaisar Hirohito. Bahkan,
Kaisar memberikan bintang kekaisaran (Ratna Suci) kepada tiga tokoh Indonesia
tersebut. Penganugerahan bintang itu membuat pemerintah pendudukan Jepang amat
terkejut, karena hal itu berarti bahwa ketiga tokoh Indonesia itu dianggap
sebagai keluarga Kaisar Jepang sendiri.
Pada bulan Agustus 1945, Soekarno diundang
oleh Marseki Terauchi, pimpinan Angkatan Darat wilayah Asia Tenggara di Dalat
Vietnam, dan kemudian menyatakan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah
urusan rakyat Indonesia sendiri. Setelah pertemuan itu, terjadilah Peristiwa
Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945. Soekarno dan Mohammad Hatta
dibujuk oleh para pemuda untuk segera menyingkir ke asrama pasukan Pembela
Tanah Air Peta di Rengasdengklok. Tokoh pemuda yang membujuk antara lain
Soekarni, Wikanah, Singgih dan Chairul Saleh. Para pemuda itu menuntut agar
Soekarno dan Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, pada saat
terjadi kekosongan (vakum) kekuasaan di Indonesia akibat penyerahan tentara
Jepang kepada sekutu. Namun, Soekarno dan Hatta serta para tokoh nasional lain
menolak dengan alasan belum ada kejelasan mengenai penyerahan Jepang
itu. Alasan lain yang berkembang adalah bahwa Soekarno menunggu saat yang tepat
untuk memilih hari kemerdekaan Republik Indonesia. Soekarno menetapkan
pilihannya jatuh pada tanggal 17Agustus 1945 karena hal itu bertepatan dengan
bulan Ramadhan, bulan suci bagi kaum muslimin yang diyakini merupakan bulan
turunnya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad SAW, yakni Al Qur-an.
Setelah sidang Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), panitia kecil yang terdiri delapan
orang (resmi dibentuk Jepang), panitia kecil yang terdiri sembilan orang
(panitia sembilan yang menghasilkan Piagam Jakarta), dan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI), Soekarno-Hatta atas nama rakyat Indonesia
memproklamasikan berdirinya negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD
1945.
Masa
Pemerintahan Presiden Pertama
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Soekarno dan
Mohammad Hatta diangkat oleh PPKI menjadi Presiden dan Wakil Presiden Replubik
Indonesia. Pada tanggal 29 Agustus 1945 kewibawaan Soekarno sebagai Presiden
pertama Indonesia diuji ketika ia mampu menyelesaikan tanpa pertumpahan darah
bentrok antara kurang lebih 200.000-an rakyat Jakarta dengan pasukan Jepang
yang bersenjata lengkap dalam peristiwa Lapangan Ikada.
Pada saat kedatangan sekutu (AFNEI) yang
dipimpin oleh Letjen. Sir Philip Christon, Sekutu akhirnya mengakui kedaulatan
Indonesia secara de favto setelah mengadakan pertemuan dengan Presiden
Soekarno. Presiden Soekarno juga berusaha menyelesaikan krisis di Surabaya pada
waktu itu. Namun, akibat provokasi yang dilancarkan oleh pasukan NICA (tentara
Belanda yang membonceng Sekutu dibawah komando tentara Inggris) meledaklah
peristiwa 10 November 1945 di Surabaya dipicu oleh gugurnya Brigadir Jendral
Inggris AWS Mallaby pada saat penurunan bendera Belanda oleh para pemuda
pejuang Surabaya.
Karena terjadi banyak provokasi di Jakarta di
masa-masa pemerintahan Indonesia, maka Presiden Soekarno akhirnya memindahkan
Ibukota Republik Indonesia dari Jakarata ke Yogyakarta, diikuti oleh kepindahan
Wakil Presiden dan para pejabat tinggi negara lainnya.
Presiden Soekarno menurut UUD 1945
berkedudukan sebagai Presiden Republik Indonesia selaku kepala pemerintahan
sekaligus Kepala Negara (Presidensil/singel executive). Namun,. selama revolusi
kemerdekaan, sistem pemerintahan berubah menjadi semi-presidensil/double
executive. Presiden Soekarno sebagai Kepala Negara dan Sultan Syahrir menjadi
Perdana Mentri/Kepala Pemerintahan. Hal
itu terjadi karena adanya maklumat Wakil Presiden Nomor X, dan maklumat pemerintah
pada bulan November 1945 tentang partai-partai politik. Hal ini ditempuh agar
Republik Indonesia tetap dianggap sebagai negara yang lebih demokratis.
Dalam, kenyataannya, meskipun sistem
pemerintah berubah, kedudukan Presiden Soekarno tetap yang paling penting,
terutama dalam menghadapi peristiwa Madiun 1948 serta saat Agresi Militer
Belanda II yang menyebabkan Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta
dan sejumlah pejabat tinggi negara ditahan oleh Belanda. Meskipun sudah ada
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dengan ketuanya Sjarifuddin
Prawiranegara, tetapi pada kenyataanya dunia internasional dan situasi dalam
negri tetap mengakui Soekarno-Hatta sebagai pemimpin Indonesia yang
sesungguhnya. Setelah pengakuan
kedaulatan RI (pemerintah Belanda menyebutnya “penyerahan kedaulatan”),
Presiden Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Mohammad
Hatta diangkat sebagai Perdana Menteri RIS. Jabatan Presiden Republik Indonesia
diserahkan kepada Mr. Assat, yang kemudian dikenal sebagai RI Jawa-Yogya.
Namun, karena tuntutan dari seluruh rakyat Indonesia yang ingin kembali ke
negara kesatuan, maka pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS kembali berubah menjadi
Republik Indonesia dan Presiden Soekarno menjadi Presiden RI. Mandat Mr. Assat
sebagai pemangku jabatan Presiden RI diserahkan kembali kepada Ir. Soekarno.
Mitos dwitunggal Presiden dan wakil presiden Soekarno-Hatta ternyata lebih
populer dan lebih kuat melekat di hati rakyat daripada kedudukan sebagai Kepala
Pemerintah ataupun Perdana Mentri.
Dalam kiprahnya sebagai presiden, tak jarang
Soekarno ikut juga turun tangan menengahi konflik-konflik di tubuh militer yang
juga berimbas pada jatuh bangunnya kabinet, seperti misalnya pada peristiwa 17
Oktober 1952 dan peristiwa di kalangan Angkatan Udara. Di dunia internasional
Presiden Soekarno banyak juga memberikan gagasan-gagasan penting bagi
perkembangan perdamaian. Keprihatinannya terhadap bangsa-bangsa di Asia dan
Afrika yang masih belum merdeka, belum mempunyai hak untuk menentukan nasibnya
sendiri, menyebabkan Presiden Soekarno pada tahun 1955 mengambil inisiatif
untuk mengadakan konfrensi Asia-Afrika di Bandung yang menghasilkan Dasa Sila
Bandung. Bandung ketika itu dikenal dengan Ibukota Asia-Afrika.
Masa-masa kejatuhan Soekarno dimulai sejak ia
“bercerai” dengan Wakil Presiden Moh. Hatta pada tahun 1956, akibat pengunduran
diri Hatta dari kancah perpolitikan nasional. Ditambah dengan sejumlah
pemberontakan separatis yang terjadi hampir diseluruh pelosok Indonesia, dan
puncaknya meletusnya pemberontakan G30S PKI, menjadikan pemerintahan Soekarno
labil dan tidak efektif untuk dapat memenuhi cita-cita bangsa Indonesia menjadi
bangsa yang adil, makmur dan sejahtera.
·
BUDAYA POLITIK
Budaya politik : suatu komponen dalam sistem politik yang diinternasilasikan ke dalam kesadaran,
perasaan dan evaluasi penduduknya. Budaya politik dapat dipandang sebagai
landasan sistem politik yang memberi jiwa atau warna pada sistem politik
dan sekaligus memberikan arah pada peran-peran politik yang dilakukan oleh
struktur politik.
Budaya politik
: perwujudan nilai-nilai politik yang dianut oleh sekelompok masyarakat,
bangsa, atau negara yang diyakini sebagai pedoman dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatan politik kenegaraan.
Kondisi Budaya
- Pada bidang kebudayaan PKI mempengaruhi
presiden Soekarno agar melarang Manifesto Kebudayaan (Manikebu) dan
barisan Pendukung Soekarno (BPS). Alasanya kedua lembaga itu didukung oleh
dinas intelijen Amerika Serikat (CIA). Sebanranya yang ditentang PKI bukan
manifesto kebudayaan, tetapi terselenggaranya Konferensi Karyawan
Pengarang Indonesia(KKPI) yang berhasil membentuk organisasi Persatuan
Karyawan Pengarang Indonesia(PKPI).
- Kondisi budaya bangsa Indonesia seudah
kemerdaekaan mengalami proses sintesis secara terus menerus sebagai upaya
beradaptasi dengan kebudayaan modern proses adaptasi ini pada tahap awal
sebenarnya seiring tumbuh kaum terpelajar pribumi. Meskipun dalam situasi
tertekan semasa sukarno dan soeharto sintesis budaya berlangsung secara
lebih terbuka hal ini ditunjukkan terjadi pembangunan fisik yang lebih
tinggi dari pada masa sebelumnya.
- Kondisi Pertahanan dan Keamanan
TNI dan Polri disatukan menjadi
Angkatan bersenjata Republik Indonesia (ABRI) yang terdiri atas empat angkatan
yaitu TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut, TNI Angkatan Udara dan Angkatan
Kepolisian. Masing-masing angkatan dipimpin oleh seorang Menteri Panglima
Angkatan yang kedudukannya langsung dibawah presiden/panglima Tertinggi ABRI.
Golongan ABRI diakui sebagai salah satu golongan fungsional dan menjadi salah
satu kekuatan sosial politik. Dengan demikian ABRI dapat memainkan perananya
sebagai salah satu kekuasaan sosial politik.Munculnya gerakan separatisme di
daerah-daerah seperti PPRI dan Permesta.
2.
Kondisi Ideologi
Soekarno adalah penggali Pancasila
karena beliau yang pertama kali mencetuskan konsep mengenai dasar Negara
Indonesia itu dan beliau sendiri yang memberi nama Pancasila. Pada masa Orde
lama atau masa pemerintahan Presiden Soekarno pancasila menjadi ideologi murni.
Pancasila lebih banyak berada dalam ranah idealisasi. Artinya pemikiran
pancasila lebih ke ide, gagasan, konsep yang dijadikan pegangan seluruh
pancasila seakan-akan ada diawang-awang karena hanya berupa dogma yang sulit
diterjemahkan.
Pada era orla, dinamika perdebatan
ideologi paling sering dibicarakan oleh kebanyakan orang. Tampak ketika akhir
tahun 1950-an, pancasila sudah bukan lagi merupakan kompromi atau titik temu
bagi semua ideologi. Dikarenakan pancasila telah dimanfaatkan sebagai senjata
ideologis untuk melegitimasi tuntutan islam bagi pengakuan Negara atas Islam
yang kemudian pada rentang tahun 1948-1962 terjadi pemberontakan Darul Islam
terhadap pemerintahan pusat.Setelah pemberontakan berhasil ditumpas, atas
desakan AH Nasution, selaku Pangkostrad dan kepala staf AD, pada tanggal 5 Juli
1959 Ir. Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden untuk kembali pada UUD 1945
sebagai satu-satunya konstitusi legal Republik Indonesia dan pemerintahanya
dinamai dengan Demokrasi Terpimpin.
Pada periode 1945-1950, implementasi
Pancasila bukan saja menjadi masalah, tetapi lebih dari itu ada upaya-upaya
untuk mengganti Pancasila sebagai dasar negara dengan faham komunis oleh PKI
melalui pemberontakan di Madiun tahun 1948 dan oleh DI/TII yang akan mendirikan
negara dengan dasar islam.Pada periode ini, nilai persatuan dan kesatuan masih
tinggi ketika menghadapi Belanda yang masih ingin mempertahankan penjajahannya
di bumi Indonesia. Namun setelah penjajah dapat diusir, persatuan mulai
mendapat tantangan. Dalam kehidupan politik, sila keempat yang mengutamakan
musyawarah dan mufakat tidak dapat dilaksanakan, sebab demokrasi yang di terapkan
adalah demokrasi parlementer, dimana presiden hanya berfungsi sebagai kepala
negara, sedang kepala pemerintahan dipegang oleh Perdana Menteri. Sistem ini
menyebabkan tidak adanya stabilitas pemerintahan. Kesimpulannya walaupun
konstitusi yang digunakan adalah Pancasila dan UUD 1945 yang presidensiil,
namun dalam praktek kenegaraan system presidensiil tak dapat diwujudkan.
KESIMPULAN
Setelah banyak di jelaskan sepak
terjang Preiden Soekarno mulai dari dia aktif di dunia politik sampai berhasil
membawa Indonesia menjadi Negara yang merdeka. Dapat disimpulkan, bahwa
Soekarno membentuk Indonesia tidak berdasarkan satu ideologi saja tetetapi
berdasarkan tga idologi seperti yang di jelaskan di atas. Dan Soekarno
merupakan Prsiden yang di idamkan oleh rakyat Indonesia pada masa itu, Soekarno
juga dikenal sebagai “penyambung lidah rakyat” kepimpinan Soekarno juga telah
diuji dengan menyelesaikan banyak kasus dan pemberontakan pada masa jabatannya,
tetapi beliau berhasil menyelesaikan tanpa terjadinya ataupun meminimalisir
pertumpahan darah.
References
A.Faidi. (2014). Jejak Jejak Pengasingan Para
Tokoh Bangsa. Yogyakarta: Saufa.
D.Legge, J. (2001). Soekarno : Sebuah Biografi Politik. Jakarta:
Sinar Harapan.
Effendi, S. (2014). Kiprah Dan Pemikiran Politik Tokoh -Tokoh Bangsa.
Banguntapan Jogjakarta: IRCiSoD.
wikipedia. (n.d.).
Maroun, B. (1996). Politik,. Jakarta: Cetakan Pertama, Penerbit
P.T Midya SuryaGrafindo.
No comments:
Post a Comment